Laman

Senin, 25 Februari 2013

Kisah Nabi Ibrahim AS


Nabi Ibrahim adalah anak dari Azaar, seorang pemahat patung / berhala untuk disembah oleh masyarakat disekitarnya. Nabi Ibrahim lahir dan hidup di daerah yang bernama Faddam A’ram. Suatu daerah yang merupakan bagian dari wilayah kerajaan Babylon. Kala itu Kerajaan Babylon dipimpin oleh seorang raja yang bernama Namrud. Kondisi masyarakatnya dinegara ini makmur dan sejahtera, semua kebutuhan duniawinya dapat tercukupi. Namun kondisi rohaninya masih ditingkat jahiliyah. Dimana pikiran mereka
tertutup, pemahaman yang rendah menyebabkan mereka tidak mengenal Tuhan yang menciptakan mereka. Terdapat 3 golongan yang meyakini Tuhannya sendiri-sendiri. Yang pertama adalah golongan yang menyembah patung/berhala yang dibuat sendiri. Golongan yang kedua adalah golongan yang menyembah pada matahari, bulan, dan bintang.

Ibrahim yang kelak akan menjadi Nabi atau Utusan Allah SWT telah memiliki kesadaran bahwa apa yang dilakukan kaumnya itu adalah suatu kebodohan atas apa yang mereka kerjakan, dan kedurhakan kepada Allah SWT. Allah telah mengilhamkan ajaran tauhid kepada Nabi Ibrahim, dan Ibrahim paham bahwa ada Tuhan yang sebenar-benarnya, yaitu Tuhan yang menciptakan langit, bumi dan seisinya. Bukan suatu patung yang kita buat sendiri.

Tidak percaya dengan apa yang disembah oleh orang-orang dilingkungannya. Dia mencari sendiri Tuhan yang sebenarnya, ketika malam dia melihat bintang, namun terkadang bulan itu terang, dan terkadang bulan itu redup. Maka dia yakin bahwa itu bukan Tuhan. Lalu dia melihat bulan, namun saat pagi tiba,  bulan itu menghilang. Bagaimana mungkin Tuhan menghilang disaat siang hari. Dan dia kembali melihat matahari. Namun ketika senja matahari pun juga menghilang. Sehingga dia meyakini, bahwa Tuhan adalah apa yang menciptakan itu semua, selalu ada disiang maupun malam.

Pernah suatu ketika, ayahnya yang merupakan pemahat patung yang terkenal menyuruh Nabi Ibrahim untuk berjualan patung-patung ini. Namun karena iman dan ketauhidan yang telah diilhamkan oleh Allah SWT kepada Ibrahim. Maka ia tidak semangat untuk menjual patung-patung itu. Ketika dimenjual patung ini dia sendiri mengejek patung ini, “Siapa yang mau membeli patung-patung yang tidak berguna ini?”

Nabi Ibrahim berusaha meyadarkan ayahnya untuk kembali kejalan yang benar. Namun ayahnya menolak kebenaran itu, dan malah marah dengan Nabi Ibrahim serta mengusir Ibrahim. Nabi Ibrahim penerima dengan tenang kemarahan dan pengusirnya ayahnya tersebut. Namun kesedihan Nabi Ibrahim karena tidak bisa menyadarkan ayahnya kejalan yang diridlai Allah SWT. Setelah mendapat kemurkaan dan pengusiran dari ayahnya. Nabi Ibrahim tetap tidak putus asa. Dia tetap beriman kepada Allah SWT. Dia tetap berusaha menyadarkan masyarakat dilingkungannya dan meyakinkan tentang ajaran tauhid. Namun tetap mendapat pertentangan dari orang-orang dilingkungannya. 

Suatu ketika masyarakat percaya bahwa ada satu hari suci untuk para Tuhannya tersebut. Pada hari itu semua warga masyarakat pergi kesuatu tempat untuk berkemah, berkumpul bersama untuk berkemah. Nabi Ibrahim tidak mau ikut acara tersebut dan dengan beralasan sakit, maka dia diperbolehkan oleh orang-orang karena takut tertular penyakitnya itu. Kondisi kota itu sepi total, hanya ada Ibrahim seorang. Tidak ada penjaga satupun membuat Ibrahim memiliki akal untuk menghancurkan berhala-berhala yang ada. Nabi Ibrahim pergi ke kuil tempat pemujaan berhala. Ibrahim melakukan patung-patung seperti benda-benda tidak berguna, dia menampar, merusak dan menghancurkan semua patung yang ada di kuil tersebut. Kecuali satu patung yang paling besar. Patung yang besar itu tidak dirusak sedikitpun dan dileher patung itu dikalungkan senjata yang digunakan untuk merusak patung-patung yang lain.

Ketika semua penduduk pulang, mereka tercengang melihat tuhan-tuhan mereka hancur berantakan. Mereka marah, dan bertanya-tanya siapa yang berani melakukan ini semua? Sebagian orang telah mengetahui dan memastikan bahwa yang melakukan itu adalah Ibrahim, karena hanya dia satu-satunya orang yang tinggal dikota ini dan hanya dia yang tidak pernah percaya terhadap berhala. Maka dipanggillah Ibrahim dalam persidangan yang dihadiri oleh semua seisi kota. Hal ini yang memang diharapkan oleh Nabi Ibrahim. Yaitu semua penduduk berkumpul, sehingga dia dapat melakukan dakwah terselubung dan mematahkan keyakinan mereka terhadap penyembahan berhala.

Para hakim yang mengadili Ibrahim bertanya, “Siapakah yang merusak dan menghancurkan tuhan-tuhan kami?” dan Ibrahim menjawab, “Aku tidak tahu, coba kalian tanya pada patung yang besar itu, mungkin dia yang menghancurkan tuhan-tuhanmu yang lain. Karena patungmu yang paling besar itu juga yang membawa senjata di lehernya, mungkin itu yang digunaka untuk merusak para tuhanmu yang lain.” Para hakim kebingungan untuk menjawabnya. Salah satu hakim bertanya,”Bagaimana bisa kami bertanya, padahal, karena merea tidak bisa berbicara.  Dan tidak mungkin patung yang besar itu yang merusak patung-patung yang lain, karena dia tidak bisa bergerak.” Nabi Ibrahim pun menjawab, “tepat sekali jawaban itu, bagaimana mungkin kalian bisa menyembah tuhan-tuhan yang tidak mampu apa-apa, bahkan hanya untuk menyelamatan dirinya sendiri dari kehancuran. Kembalilah ke Tuhan yang Maha Kuasa, Tuhan yang menciptakan langit, bumi dan seisinya termasuk kita semua.” 

Semua orang semakin marah dengan kata-kata Ibrahim itu. Para hakim memutuskan bahwa Ibrahim harus dibakar hidup-hidup atas apa yang telah dia berbuat kepada tuhan-tuhannya. Semua orang diwajibkan mencari kayu bakar yang mereka peroleh sebagai tanda setia dan baktinya terhadap Tuhan berhalanya tersebut. Satu minggu penduduk mengumpulkan kayu bakar untuk membakar Ibrahim, karena terlalu banyaknya, tumpukan kayu itu seperti gunung. 

Tibalah hari pembakaran Nabi Ibrahim, namun ia tetap tenang dan menyerahkan semuanya kepada Allah SWT. Nabi Ibrahim siap dilemparkan dari atas bukit dengan sebuah ketapel besar menuju tumpukan kayu yang menggunung terbakar. Ketika Ibrahim dilemparkan, bersamaaan Allah memerintahkan api menjadi dingin untuk Ibrahim. Maka dinginlah api tersebut. Nabi Ibrahim masuk ke tumpukan api yang besar itu, semua orang bersorak-sorai atas pembakaran Ibrahim itu. 

Namun ketika api sudah padam, ternyata atas izin Allah SWT Nabi Ibrahim tidak mati terpanggang, semua badan dan pakaian yang melekat ditubuhnya tetap untuk tanpa ada luka bakar sedikitpun, hanya tali yang mengikatnya yang terbakar. Ini mukijzat yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Ibrahim atas kekuatan imannya dan tauhidnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar